Belajar Dari Bu Dari
Sepulang misa harian pagi, aku berdoa seorang diri di dalam Gereja. Setelah selesai berdoa, aku pun berjalan menuju tempat parkir melewati pintu utama Gereja. Lalu kulihat di sisi samping Gereja, seorang ibu yang sedang sibuk sendiri. Aku mengenalnya. Dia adalah Bu Dar, temen komunitas korku yang bernama Morning Choir. Lalu aku mendekatinya, untuk sekedar menyapa, dan menanyakan kabar, karena kita sudah lama tidak bersua.
|
people.desktopnexus.com |
Ternyata beliau sedang sibuk mempersiapkan dekorasi Gereja. Beliau sedang merapikan bunga-bunga yang baru saja beliau beli. Beliau memotong bagian-bagian yang layu pada setiap kuntum bunga, lalu menaruhnya pada sebuah ember yang berisis air. Mungkin agar bunga-bunga itu tidak mudah layu, pikirku. Kulihat tubuhnya yang sudah renta, tidak menurunkan semangat dan kesetiaannya untuk memberikan yang terbaik demi keindahan rumah Tuhan. Bahkan kabarnya beliau baru saja terserang penyakit vertigo. Namun dengan senyumnya, aku tidak melihat sedikitpun raut duka tersirat di wajahnya.
|
bywayofthefamily.com |
Saat aku mendekatinya, dia tersenyum, menyapaku, dan menanyakan kabarku. Karena kita biasanya berada di kota yang berbeda sehingga tidak punya waktu untuk mengobrol. Saatku bertanya mengapa beliau hanya sendirian, beliau dengan tersenyum berkata bahwa seharusnya beliau bersama kedua orang temannya. Namun karena belum ada kabarnya, maka dia berusaha melakukannya sendiri. Meski aku tidak terlalu tahu tentang tata cara mendekorasi Gereja, namun aku berusaha membantu ala kadarnya.
Setelah satu orang temannya datang, aku pun segera berpamitan. Ku ambil sepeda motorku lalu melaju di jalanan. Di perjalanan aku berpikir, sungguh hebat sosok Bu Dar ini. Meski di usia senja dan kesehatan yang tak lagi seperti sedia kala, namun beliau tetap setia dalam pelayanananya. Meski kedua temannya belum datang, dia tetap menunjukkan keramahannya dan senyuman kepada sesame (aku). Sejenak aku teringat pada kata Santa Theresia Lisieux, “Do little things with great love”. Mungkin beliau belum cukup mengenal Santa Theresia Lisieux, tapi Bu Dar telah melakukan apa yang diajarkan Santa yang memiliki cinta yang luar biasa kapada Allah ini.
Yesus juga bersabda,”Barang siapa setia pada perkara kecil, ia juga setia pada perkara yang besar.” Mungkin apa yang dilakukan oleh Bu Dar bukanlah bukanlah perkara yang besar atau hanya perkara yang kecil bagi kita, namun bagi Tuhan itu sangatlah berharga. Karena Bu Dar telah melakukan pelayanannya dengan kasih yang besar. Bu Dar pasti pernah menghadapi perkara-perkara yang besar di dalam hidupnya, namun dia bisa dan tetap setia menghadapinya dengan kasih yang besar. Sehingga saat dia melakukan “perkara kecil”, dia bisa melakukannya dengan kasih yang besar dan penuh dengan buah-buah Roh.
(ZP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar