coventryjesuscentreblog.com |
Terkadang hal tsb bisa berakibat fatal.
Mungkin kita pernah mendengar kisah Romeo & Juliet, karena begitu cintanya
mereka satu sama lain, shg saat Romeo melihat Juliet mati dlm pandangannya
(Juliet tdk mati, hanya minum obat yg menimbulkan efek seakan-akan mati), Romeo
melakukan bunuh diri, demikian juga setelah Juliet bangun dan melihat Romeo
mati, dia pun ikut bunuh diri. Walaupun contoh saya hanya drama, tp kita pun
kadang mendengar ada kasus bunuh diri karena cinta seperti itu. Karena hati
mereka sdh menyatu (terikat satu sama lain), mk saat yg satu jatuh, yg lain jg
ikut jatuh bersamanya. Dan secara menyedihkan kita juga kadang mengikatkan diri
kita sepenuhnya pd benda-benda atau manusia, yg rapuh dan bisa rusak, salah,
atau mati spt itu (lebih daripada kita mengikatkan diri kita pd Tuhan).
Inilah yg terjadi pd anak bungsu (pd kisah
‘Perumpamaan tentang Anak yg Hilang’ di Injil Lukas), saat meminta jatah
warisannya, dia sudah menolak terikat dg ayahnya dan memilih unt memiliki harta
benda bersamanya. Mengapa dia tidak mau terikat dg ayahnya? Secara logika bisa
saya jawab, walaupun dg ayahnya dia berkecukupan sandang, pangan, dan papan, tp
ada konsekuensi yg harus dijalankan yaitu karena tinggal di rumah ayahnya, maka
dia sedikit banyak mesti mengikuti kehendak-kehendak ayahnya sebagai kepala
rumah tangga, dan tidak dapat bebas mengikuti kehendaknya sendiri. Kadang kita
juga melakukan hal tsb, dimana yg kita inginkan dari Tuhan adalah pemberian-pemberian-Nya
dan bukan diri-Nya, karena bila kita ingin menyatu (terikat) dg Tuhan, mk
konsekuensinya kt juga mesti melakukan kehendak-kehendak-Nya.
Kemudian anak itu pergi ke tempat yg jauh,
berarti dia sudah menolak dan setelah itu menjauhkan diri dari ayahnya. Dan
karena anak bungsu terikat dg harta kekayaan, pd saat harta tsb habis, si anak
ikut jatuh karenanya. Sama seperti kita, bila kita hanya menginginkan pemberian
Tuhan, kita mungkin akan mendapatkannya, tapi saat gelombang kehidupan menerpa
kita, apa yg kita dapatkan tsb seringkali tidak punya cukup kuasa unt menolong
kita. Sedangkan kita ingin minta pertolongan Tuhan, tapi tidaklah mudah lagi
karena kita telah menolak dan menjauhkan diri dari pada-Nya.
Bila
kita ada pada kondisi yg demikian, maka lakukanlah apa yg dilakukan oleh anak
yg hilang tsb, yaitu berbalik kembali kepada Bapa-Nya (atau dapat dikatakan dia
bertobat), dg didasari oleh perasaan bersalah yg sungguh-sungguh dan kerendahan
hati. Yg menarik adalah sikap dari si anak sulung. Saya katakan menarik karena
dalam banyak hal anak sulung itu menggambarkan diri kita sbg hamba Tuhan, yg
sudah lama bertobat, mengikatkan diri pd Tuhan, dan melayani Dia. Seperti si
anak sulung, kita terkadang protes kepada Tuhan saat melihat orang yg baru saja
lahir baru, kehidupannya justru diberkati secara melimpah, sdgkan kita yg sudah
lama melayani Tuhan kehidupannya dari dulu biasa-biasa saja.
Apa yg menjadi alasan sang ayah tidak
memberikan seekor anak kambing pun unt anak sulung bersuka cita bersama sahabat-sahabatnya?
Sebenarnya pemberian atau berkat Tuhan itu mengandung konsekuensi, dimana kita
mesti berjuang agar tidak menjadi terikat pada pemberian-pemberian tsb. Semakin
banyak pemberian Tuhan yg kita terima, maka sesungguhnya semakin berat perjuangan
kita unt melepaskan diri dari godaan unt menjadi terikat pd berkat-berkat tsb.
Dan mungkin sang ayah pd bacaan tsb tahu, bhw anak sulung tidak cukup kuat
mengasihi dan terikat dengannya (karena kalau kasih anak sulung pd ayahnya
kuat, mk dia tidak akan peduli apakah anak bungsu mendapatkan anak lembu atau
tidak, karena dlm benaknya yg penting ayahnya bahagia), shg sang ayah tidak
memberikan sesuatu bagi dia unt bersuka cita dg sahabat-sahabatnya, karena
nantinya bisa jadi anak sulung akan menjadi terikat pd pemberian tsb atau
sahabat-sahabatnya.
Dan jawaban dari sang ayah thd anak sulung
begitu indah, beliau menyadarkan kembali betapa berharganya apa yg telah
dimiliki oleh anak sulung itu, yaitu persatuan dg sang ayah sendiri. Jadi bila
kita terikat sepenuhnya dg Tuhan dan hidup bersatu dengannya, kita sudah
menjadi orang yg paling beruntung, karena Tuhan memiliki segala sesuatu unt
memelihara kehidupan kita menjadi baik. Tapi kita mesti sadar bhw Tuhan memberi
seturut dg kehendak-Nya, dan semua itu Dia lakukan unt mengajar kita demi
kebaikan kita sendiri. Sebagai penutup, saya ingin mengajak Anda unt
merenungkan syair Mazmur antar bacaan yg sering diperdengarkan di gereja, agar
kita disadarkan bhw sudah selayaknya kita bahagia, bila kita terikat pd-Nya :
‘Bahagia kuterikat pd Yahwe, harapanku pd Allah, Tuhanku...’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar