“Saya ingin mengajak umat Kristiani dengan percaya diri, dan dengan kreativitas yang terbina dan bertanggungjawab, bergabung dalam jejaring hubungan yang dimungkinkan oleh jaman digital. Hal ini bukan saja untuk memuaskan keinginan untuk hadir, tetapi karena jejaring ini merupakan bagian utuh dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks, bentuk-bentuk baru kesadaran berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kristus adalah Allah, Penyelamat umat manusia dan Penyelamat sejarah, yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (bdk. Efesus 1:10).” ~ Paus Benediktus XVI, Hari Komunikasi Sedunia ke-45, Juni 2011

Senin, 18 Juli 2011

Demokrasi Kasih



sharewallpapers.org



Ada beberapa bentuk pemerintahan di dunia ini. Monarki, adalah sebuah bentuk pemerintahan di bawah pimpinan satu orang. Oligarki, adalah pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang saja. Aristokrasi, pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang terbaik di negeri tersebut. Plutokrasi, pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok orang kaya. Dan, Demokrasi, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.



Dengan meminjam istilah bentuk-bentuk pemerintahan tersebut, maka bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling sesuai untuk dianut oleh orang-orang kristiani adalah bentuk demokrasi kasih. Paulus berbicara kepada jemaat di Galatia agar mereka memiliki pola hidup berjemaat yang demikian. Pola hidup yang saling melayani berdasarkan kasih terhadap sesama. Sebaliknya, pola hidup yang bertekun dalam dosa harus ditanggalkan. Dengan kata lain, Paulus ingin menekankan bahwa setiap orang percaya dipanggil bukan untuk hidup egois dan mengejar hawa nafsu pribadi, melainkan untuk peduli dan mengasihi sesama manusia.

Bagaimana kita mewujudkan ”masyarakat demokrasi kasih” tersebut? Paulus memberikan sebuah contoh praktis dalam ayat berikutnya. Jikalau kita sampai terlibat konflik dalam menjalani kehidupan bersama, jangan sampai kita saling membinasakan. Maksudnya, ketika konflik antarsesama tak dapat dihindarkan, kita harus selalu menyediakan segudang pengampunan bagi lawan kita. Agar kita terhindar dari dendam dan keinginan untuk membinasakan lawan konflik, serta agar kasih Allah tetap bisa dinyatakan bahkan melalui konflik tersebut.

HIDUP YANG PENUH KASIH SEHARUSNYA MENJADI CIRI KHAS
KEHIDUPAN ORANG PERCAYA

Sharing Renungan dari Santi Widjaja
Galatia 5:13-15
5:13    Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
5:14    Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
5:15    Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.

Tidak ada komentar: