“Saya ingin mengajak umat Kristiani dengan percaya diri, dan dengan kreativitas yang terbina dan bertanggungjawab, bergabung dalam jejaring hubungan yang dimungkinkan oleh jaman digital. Hal ini bukan saja untuk memuaskan keinginan untuk hadir, tetapi karena jejaring ini merupakan bagian utuh dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks, bentuk-bentuk baru kesadaran berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kristus adalah Allah, Penyelamat umat manusia dan Penyelamat sejarah, yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (bdk. Efesus 1:10).” ~ Paus Benediktus XVI, Hari Komunikasi Sedunia ke-45, Juni 2011

Kamis, 18 Agustus 2011

Menjadi Kaya



.. lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
- Mat 19:24 (Mat 19:23-30)

Jujur saja, dulu saya ingin menjadi orang kaya. Tapi ketika membaca perikop hari ini, saya jadi berpikir ulang akan keinginan tersebut. Saya jadi bertanya-tanya, apakah Yesus ingin kita menjadi miskin?

channels.com
Ketika saya berkunjung ke Israel, saya baru mengerti tentang “lubang jarum” yang dimaksud. Jadi, pada jaman Yesus ada sebuah pintu kecil di samping gerbang utama. Tujuannya adalah untuk menghindari serbuan orang asing.
Jadi pintu kecil itu dipakai untuk keluar masuk orang dalam jumlah yang sangat terbatas. Pintu ini dibuat sedemikian sempit, tetapi diatur supaya unta bisa masuk. Dan ketika unta akan masuk pintu itu, maka semua bebannya harus dilepas. Pintu inilah yang disebut “lubang jarum”.



Seekor unta hanyalah salah satu sarana transpor dan bukan pemilik dari barang yang dibawanya. Tapi kita, seringkali merasa “memiliki” segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Memiliki dalam arti menjadi sangat terikat dan tak bisa lepas dari yang kita miliki itu. Harta kekayaan, jabatan, dan masih banyak lagi yang membuat kita bangga karena memilikinya, dan lupa akan Sang Pemberi. Akibatnya apa yang menjadi milik kita itu yang menjadi sumber rasa aman dan tentram hidup kita. Dan ketika Yesus meminta kita untuk melepasnya, kita merasa begitu berat dan tidak sanggup melakukannya.

Dalam hal ini saya masih terus belajar bahwa saya hanyalah se-orang pengelola yang dipercaya Tuhan untuk mengatur harta milik-Nya yang dipercayakan pada saya. Saya berharap, suatu hari nanti saya dapat mengikuti Yesus dengan sepenuh hati tanpa kuatir akan apa yang saya miliki. Dan saya tidak perlu takut untuk menjadi kaya, karena saya tahu saya kaya di dalam Yesus Tuhan.

Sudahkah saya menjadi seorang pengelola yang baik yang dipercaya Tuhan?

Sharing Renungan dari Santi Widjaja

Tidak ada komentar: