“Saya ingin mengajak umat Kristiani dengan percaya diri, dan dengan kreativitas yang terbina dan bertanggungjawab, bergabung dalam jejaring hubungan yang dimungkinkan oleh jaman digital. Hal ini bukan saja untuk memuaskan keinginan untuk hadir, tetapi karena jejaring ini merupakan bagian utuh dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks, bentuk-bentuk baru kesadaran berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kristus adalah Allah, Penyelamat umat manusia dan Penyelamat sejarah, yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (bdk. Efesus 1:10).” ~ Paus Benediktus XVI, Hari Komunikasi Sedunia ke-45, Juni 2011

Selasa, 02 Agustus 2011

Taat itu Sederhana

    Seorang anak dilarang makan permen oleh orangtuanya, karena sedang ba­tuk. Namun ketika ia melihat satu stoples per­men di meja makan yang warnanya be­gi­tu menarik, maka ia mulai tergoda. Ada ke­inginan untuk mengambil dan me­nik­ma­ti permen itu. Lalu ia teringat pada la­ra­ngan orangtuanya. Hatinya bergumul. Ia ta­hu bahwa sebenarnya ia tidak boleh ma­kan permen selama masih batuk, tetapi ke­inginannya untuk menikmati permen ter­se­but ternyata jauh lebih besar dari lara­ngan orangtuanya. Akhirnya, ia lebih me­mi­lih keinginan hatinya.
    Demikian juga dengan Hawa. Ia tahu ba­hwa buah dari pohon pengetahuan ten­tang yang baik dan yang jahat itu, tidak bo­leh dimakan. Akan tetapi, godaan dan ke­inginan hatinya mengalahkan larangan tersebut. Ia melihat bahwa bu­ah itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, apalagi buah itu akan memberi pengertian. Sungguh buah yang menarik hati. Dan, dari keinginan tersebut lahirlah perbuatan yang melanggar la­ra­ng­an Allah. Hingga jatuhlah Hawa ke dalam dosa karena ke­ti­dak­taatannya.


    Sesungguhnya, ketaatan itu sederhana. Kita hanya diminta me­la­kukan apa yang dikatakan Allah, tidak lebih dan tidak kurang. Na­mun, mengapa dalam kondisi tertentu kita sulit untuk taat? Se­be­nar­nya yang sulit bukan perintah atau larangannya, tetapi me­ngen­da­li­kan keinginan hati kita. Keinginan hati yang bertentangan dengan pe­rintah atau larangan Allah, bisa membuat kita merasa keberatan un­tuk taat. Mari terus kenali Tuhan dan segala kehendak-Nya, agar setiap ke­inginan hati kita semakin selaras dengan kerinduan-Nya.


KETAATAN ITU SEDERHANA SAJA:
LAKUKAN APA YANG ALLAH MINTA, JAUHI APA YANG DIA LARANG

Penulis: Riand Yovindra

Sharing Renungan dari Santi Widjaja

Kejadian 3:1-10
3:1Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
3:9Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"
3:10 Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
 

Tidak ada komentar: